hari ini kembali kita termangu menyaksikan kebiadaban sang pasukan zionis yang dengan tidak tahu malunya menyerang sipil palestin dengan fosfor putih. *zat kimia yang bisa menghancurkan tubuh hingga ke tulang belulang dan tidak akan habis terbakar di udara hingga oksigen di dalamnya lenyap - pikiran rakyat 150108- * miris rasanya hati ini melihat korban-korban fosfor putih israel yang bertahan hidup dengan muka hancur mengenaskan yang *mungkin* lebih parah dari mati.
astagfirullah..
saya benar-benar kagum atas kekuatan jaringan yang dicetus oleh hassan al banna bernama 'ikhwanul muslimin' yang di palestin kini disebut hammas. betapa tidak, sudah belasan bahkan puluhan hari sejak jalur gaza diisolasi oleh pemerintahan presiden abbas *presiden palestin dari fattah yang notabene lembek atas israel*, para hammas dan sipil di gaza masih bisa tetap bertahan hidup dengan ketersediaan fasilitas yang minim dan bahkan masih mampu menyerang balik serangan israel yang dikenal tak main-main dalam tiap gencatan senjata.
bahkan, tertulis di koran hari ini bahwa disinyalir hammas jauh lebih kuat dari 7 negara arab yang pernah menyimpan kenangan memalukan atas kekalahan telak yang dialami mereka pada bulan juni 1967. bayangkan, tidak sampai enam hari pasukan israel mampu membungkam serangan-serangan mematikan 7 bangsa arab, sementara saat ini sudah belasan hari hammas dan sipil palestin masih tetap tegak melawan keganasan pasukan israel..
subhannallah..
mungkin catatan kelam inilah yang membuat para pemimpin negara-negara arab sepertinya enggan untuk membantu pasukan hammas yang kini sepertinya harus berjuang 'sendiri' di tengah 'solidnya' kekuatan negara-negara arab..
teman, sempatkanlah dirimu untuk sejenak berdoa untuk para mujahid palestin yang di belahan dunia lain sana sedang berjuang melawan raksasa biadab zionis yang tidak menghendaki kebangkitan Islam.. karena doa bukan sekadar kata, tapi sumbangsih kekuatan untuk mereka yang bercucuran darah, air mata dan pengorbanan..
ya alloh, please let moslem win..
Rabu, 14 Januari 2009
Rabu, 07 Januari 2009
agar bidadari cemburu padamu
buku ini adalah buku pertama yang saya dapat dari pemberian orang terkasih sebagai ungkapan rasa ibanya terhadap saya yang kalau menjelang liburan atau waktu-waktu senggang, seringkali mengobrak-abrik isi lemari agar dapat membaca novel lama, majalah lama *yang sebenarnya telah ratusan kali saya baca* hanya untuk sekadar memuaskan hasrat membaca. x)
buku karangan ikhwan charming bernama salim a filah ini mengupas berbagai macam persoalan khususnya bagi kita, para akhwat, mulai dari persoalan gender dari sudut pandang Islam, cara 'membidadarikan' diri dalam rohani dan jasmani, hingga akhwat dalam pernikahan. dengan menganalogikan bahwa perempuan adalah bidadari, sebuah mahakarya, salim a fillah benar-benar mampu menuntun pembacanya untuk meresapi kata demi kata dalam buku dakwahnya ini tanpa terkesan menggurui.
pada awal-awal buku, salim mengajak kita untuk selalu bersyukur. karena dengan menjadi pribadi yang penuh syukur, kita akan dapat menyelam dalam lautan karuniaNya. sesuai dengan quotes yang paling berkesan bagi saya, yang berbunyi;
di lautan nikmat
dua mahkluk berpisah
yang satu tenggelam
yang lain menyelam
kau tahu apa bedanya?
TT *getir ya, membacanya?*
dalam bagian kedua yang bertajuk 'yang tak ditebar takkan pernah pudar' salim membeberkan tentang cara berpakaian yang syar'i untuk para akhwat. mungkin kedengarannya klise, namun bagi saya yang notabene *saat itu* belum mampu menutup aurat, bab ini menjadi yang paling semangat untuk dibaca. namun bukan hanya soal fisik, salim juga mengemukakan tentang betapa pentingnya persiapan mental sebelum dan saat menutup aurat. seperti pada bagian 'jilbab bukan topeng, be yourself, neng!'
selanjutnya, pada bagian "pernikahan begitu indah kudengar" salim banyak memunculkan tarikh-tarikh Islam menarik yang seringkali membuat 'melting' saya, pembacanya. seperti pada kisah ummu sulaim dalam judul 'dan keislamanmu itulah maharku' yang membuat saya trenyuh. bukan hanya itu, salim juga menambahkan berbagai 'panduan' bagi para muslimin muslimat yang hendak menggenapkan separo agamanya ini. heu.
fuh, begitu banyak hikmah yang dapat saya petik dari membaca buku berkualitas ini. buku ini saya rekomendasikan untuk para teman-teman akhwat yang belum *dan akan* berjilbab, karena hidayah itu sesungguhnya datangnya dengan dicari kan?
dan jujur, buku ini merupakan salah satu penunjang pemberian hidayah tersebut pada saya untuk dapat menutup aurat sampai sekarang.
alhamdulillah.
buku karangan ikhwan charming bernama salim a filah ini mengupas berbagai macam persoalan khususnya bagi kita, para akhwat, mulai dari persoalan gender dari sudut pandang Islam, cara 'membidadarikan' diri dalam rohani dan jasmani, hingga akhwat dalam pernikahan. dengan menganalogikan bahwa perempuan adalah bidadari, sebuah mahakarya, salim a fillah benar-benar mampu menuntun pembacanya untuk meresapi kata demi kata dalam buku dakwahnya ini tanpa terkesan menggurui.
pada awal-awal buku, salim mengajak kita untuk selalu bersyukur. karena dengan menjadi pribadi yang penuh syukur, kita akan dapat menyelam dalam lautan karuniaNya. sesuai dengan quotes yang paling berkesan bagi saya, yang berbunyi;
di lautan nikmat
dua mahkluk berpisah
yang satu tenggelam
yang lain menyelam
kau tahu apa bedanya?
TT *getir ya, membacanya?*
dalam bagian kedua yang bertajuk 'yang tak ditebar takkan pernah pudar' salim membeberkan tentang cara berpakaian yang syar'i untuk para akhwat. mungkin kedengarannya klise, namun bagi saya yang notabene *saat itu* belum mampu menutup aurat, bab ini menjadi yang paling semangat untuk dibaca. namun bukan hanya soal fisik, salim juga mengemukakan tentang betapa pentingnya persiapan mental sebelum dan saat menutup aurat. seperti pada bagian 'jilbab bukan topeng, be yourself, neng!'
selanjutnya, pada bagian "pernikahan begitu indah kudengar" salim banyak memunculkan tarikh-tarikh Islam menarik yang seringkali membuat 'melting' saya, pembacanya. seperti pada kisah ummu sulaim dalam judul 'dan keislamanmu itulah maharku' yang membuat saya trenyuh. bukan hanya itu, salim juga menambahkan berbagai 'panduan' bagi para muslimin muslimat yang hendak menggenapkan separo agamanya ini. heu.
fuh, begitu banyak hikmah yang dapat saya petik dari membaca buku berkualitas ini. buku ini saya rekomendasikan untuk para teman-teman akhwat yang belum *dan akan* berjilbab, karena hidayah itu sesungguhnya datangnya dengan dicari kan?
dan jujur, buku ini merupakan salah satu penunjang pemberian hidayah tersebut pada saya untuk dapat menutup aurat sampai sekarang.
alhamdulillah.
Selasa, 06 Januari 2009
intermezo : nostalgia menulis
sedikit berkisah, semasa kecil dulu saya suka sekali menulis.
pernah sewaktu perjalanan naik kereta api ke surabaya saat kelas 4 sd dulu, sempat-sempatnya saya menulis puisi di dalam kereta tentang pemandangan dari jendela berjudul "alamku". heu, menggelikan memang, tapi saya masih dapat mengingat dengan jelas bahwa saat itu saya benar-benar ga mau kehilangan momen, dan dengan kegairahan membuncah saya mulai menulisnya.
karya "sastra" pertama saya yang dipublikasikan ke media cetak adalah artikel dengan judul "pergi ke dokter gigi" yang dimuat di majalah Bobo dalam rubrik arena kecil saat saya kelas 5 sd. Tak terbayangkan betapa senangnya hati ini saat itu, hanya karena melihat nama saya muncul dalam majalah yang sudah bertahun-tahun saya langgani. apalagi dengan imbalan sebuah kaos cantik bergambar kepala bobo si kelinci dan satu set crayon bertingkat yang saat itu sedang ngetren! x)
*namun sayangnya, kaos itu kini telah beralih fungsi menjadi lap kotor yang digunakan si bibi untuk melap sofa berlengan di ruang tamu, alih-alih saya simpan untuk dijadikan kenang-kenangan atas makakarya bersejarah saya. heu*
excited rasanya mengingat diary jaman sd saya yang penuh artikel norak khas anak kecil yang kalau dibaca lagi pasti dapat membuat lengkungan di bibir. tentang kegembiraan saya membahagiakan ortu karena pernah menyabet juara2 sistel sd se-kodya bandung *dulu masih kodya*, atau artikel lain tentang betapa berdukanya kami, anak-anak sd ywka 2 bandung , karena seorang teman 'telah pergi lebih dulu' karena sakit di otak *waktu itu saya ga menulis ia sakit apa*. dan kami terakhir melihatnya saat kelas 3 sd, rambutnya telah habis dan tampangnya kuyu. *we love u, afif! hiks* atau tentang kepergian soeharto ke makassar di penghujung kelas 5 yang juga membuat kami bersedih, atau artikel ga penting tentang kegirangan saya tiap bertemu pelajaran pak jasmita *guru bahasa indonesia* karena beliau selalu menghidupkan suasana kelas dengan seringnya membuat lomba debat antar barisan. *tema yang paling berkesan : "efektifkah tilang yang dilakukan polisi?"*
namun entah kenapa semakin kesini kebiasaan menulis diary itu perlahan berkurang dan menjadi hilang sama sekali, benar-benar hilang! padahal dari kebiasaan kecil dan sederhana itulah sebenarnya gaya dan kemampuan menulis dapat berkembang. *yang baru saya ketahui dan sadari belakangan ini setelah bertahun-tahun tidak menulis sehingga hasilnya saya tuai kini; membuat saya gugup di depan layar. xp.*
fuh, akhirnya dengan segenap tekad *halah* dan dengan melawan sebersit keraguan dan ketakutan akan "writers block", saya mulai memberanikan diri untuk membuat blog anyar ini sebagai transformasi dari diary-diary usang saya yang saya harap dapat menggelorakan semangat dan meningkatkan kemampuan saya untuk dapat menulis lagi. karena jujur, rasanya kini saya begitu tertatih-tatih dalam memilah diksi, memadupadankan frasa, atau menyerasikan makna.
ditunggu sumbangsih saran karitik dan ide dari teman-teman agar pembelajaran saya ini lebih berharga!
kindly regards.
Ps:
penamaan nama blog ini diilhami dari sebuah kisah drama percintaan dramatis dan melankolis yang diambil dari blog seorang teman lama dimana dalam drama tersebut saya dijuluki "humman's rule". hehe. cerdas bukan? karena nama saya memang "norma insani"
do you see?
;)
pernah sewaktu perjalanan naik kereta api ke surabaya saat kelas 4 sd dulu, sempat-sempatnya saya menulis puisi di dalam kereta tentang pemandangan dari jendela berjudul "alamku". heu, menggelikan memang, tapi saya masih dapat mengingat dengan jelas bahwa saat itu saya benar-benar ga mau kehilangan momen, dan dengan kegairahan membuncah saya mulai menulisnya.
karya "sastra" pertama saya yang dipublikasikan ke media cetak adalah artikel dengan judul "pergi ke dokter gigi" yang dimuat di majalah Bobo dalam rubrik arena kecil saat saya kelas 5 sd. Tak terbayangkan betapa senangnya hati ini saat itu, hanya karena melihat nama saya muncul dalam majalah yang sudah bertahun-tahun saya langgani. apalagi dengan imbalan sebuah kaos cantik bergambar kepala bobo si kelinci dan satu set crayon bertingkat yang saat itu sedang ngetren! x)
*namun sayangnya, kaos itu kini telah beralih fungsi menjadi lap kotor yang digunakan si bibi untuk melap sofa berlengan di ruang tamu, alih-alih saya simpan untuk dijadikan kenang-kenangan atas makakarya bersejarah saya. heu*
excited rasanya mengingat diary jaman sd saya yang penuh artikel norak khas anak kecil yang kalau dibaca lagi pasti dapat membuat lengkungan di bibir. tentang kegembiraan saya membahagiakan ortu karena pernah menyabet juara2 sistel sd se-kodya bandung *dulu masih kodya*, atau artikel lain tentang betapa berdukanya kami, anak-anak sd ywka 2 bandung , karena seorang teman 'telah pergi lebih dulu' karena sakit di otak *waktu itu saya ga menulis ia sakit apa*. dan kami terakhir melihatnya saat kelas 3 sd, rambutnya telah habis dan tampangnya kuyu. *we love u, afif! hiks* atau tentang kepergian soeharto ke makassar di penghujung kelas 5 yang juga membuat kami bersedih, atau artikel ga penting tentang kegirangan saya tiap bertemu pelajaran pak jasmita *guru bahasa indonesia* karena beliau selalu menghidupkan suasana kelas dengan seringnya membuat lomba debat antar barisan. *tema yang paling berkesan : "efektifkah tilang yang dilakukan polisi?"*
namun entah kenapa semakin kesini kebiasaan menulis diary itu perlahan berkurang dan menjadi hilang sama sekali, benar-benar hilang! padahal dari kebiasaan kecil dan sederhana itulah sebenarnya gaya dan kemampuan menulis dapat berkembang. *yang baru saya ketahui dan sadari belakangan ini setelah bertahun-tahun tidak menulis sehingga hasilnya saya tuai kini; membuat saya gugup di depan layar. xp.*
fuh, akhirnya dengan segenap tekad *halah* dan dengan melawan sebersit keraguan dan ketakutan akan "writers block", saya mulai memberanikan diri untuk membuat blog anyar ini sebagai transformasi dari diary-diary usang saya yang saya harap dapat menggelorakan semangat dan meningkatkan kemampuan saya untuk dapat menulis lagi. karena jujur, rasanya kini saya begitu tertatih-tatih dalam memilah diksi, memadupadankan frasa, atau menyerasikan makna.
ditunggu sumbangsih saran karitik dan ide dari teman-teman agar pembelajaran saya ini lebih berharga!
kindly regards.
Ps:
penamaan nama blog ini diilhami dari sebuah kisah drama percintaan dramatis dan melankolis yang diambil dari blog seorang teman lama dimana dalam drama tersebut saya dijuluki "humman's rule". hehe. cerdas bukan? karena nama saya memang "norma insani"
do you see?
;)
Langganan:
Postingan (Atom)